Ini adalah hasil observasi kelompok 3
Fajri Zahara
Fadhil Al-Rasyid (Fadil)
Syifa A. P. ( Syifa)
Rani Prolina(Flo)
Larasati
Anthony Suyapmo (Anthony)
Farah Mutia (Farah)
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan suatu proses bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih
baik. Pendidikan sudah diterapkan dari masa nenek moyang manusia. Tidak ada
kata terlambat dalam menempuh pendidikan. Setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan. Ada beberapa pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan bisa saja bermula dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan
oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Pendidikan bisa diperoleh baik secarah formal dan nonformal. Pendidikan
Formal diperoleh dalam kita mengikuti progam-program yang sudah dirancang
secara terstruktur oleh suatu intitusi, departemen atau kementerian suatu
negara. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang
didapat manusia (Peserta didik) dalam kehidupan sehari-hari (berbagai
pengalaman) baik yang dia rasakan sendiri atau yang dipelajarai dari orang lain
(mengamati dan mengikuti).
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, tentang Pengertian Pendidikan , yang berasal
dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi
“mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi
latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran.
Bab II Landasan
Teori
2.1 Mengelola Kelas Secara Efektif
Manajemen kelas yang efektif
memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli dalam manajemen kelas
mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pemikiran tentang cara terbaik
untuk mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan pembuatan dan
penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih
memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan
untuk meregulasi diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah
kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak keterlibatan
mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan
konstruksi sosial pengetahuan. Tren baru dalam manajemen kelas menempatkan
lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa ke arah disiplin diri dan lebih
sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Dalam tren saat ini
yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, coordinator,
dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru tidak berarti masuk kedalam
model yang permisif. Penekanan terhadap perhatian dan regulasi diri siswa tidak
berarti bahwa guru melepaskan tanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam
kelas.
2.2 Masalah-Masalah pada Kelas yang
Besar dan Berpotensi Menimbulkan Kekacauan
Ø Ruang kelas itu
multidimensional, ruang kelas adalah
tempat untuk banyak aktivitas yang berkisar dari aktivitas akademis sampai
aktivitas sosial. Guru harus terus mencatat dan memantau perkembangan siswa.
Ø Aktivitas terjadi
secara bersamaan, banyak aktivitas kelas
terjadi secara bersamaan.
Ø Hal-hal terjadi dengan
cepat, peristiwa-peristiwa seringnya terjadi
dengan cepat di ruang kelas dan sering kali membutuhkan respon saat itu juga.
Ø Peristiwa sering kali
tidak dapat diprediksi, meskipun sudah
merencanakan aktivitas hari itu dan sangat teratur, peristiwa yang tak terduga
tetap akan terjadi.
Ø Hanya ada sedikit
privasi, ruang kelas adalah tempat umum dimana
siswa mengobservasi bagaimana guru menangani masalah kedisiplinan, peristiwa
yang tidak terduga, dan keadaan yang membuat frustasi. Sebagian besar dari apa
yang terjadi pada seorang siswa diobservasi oleh siswa lain dan siswa membuat
atribusi tentang apa yang terjadi.
Ruang kelas memiliki sejarah, siswa mempunyai
kenangan tentang kejadian sebelumnya di kelas mereka. Mereka mengingat bagaimana
guru menangani maslaah kedisiplinan Ø sebelumnya,
dimana siswa mendapatkan lebih banyak hak istimewa daripada siswa lain, dan
apakah guru bertindak sesuai janjinya. Beberapa minggu pertama tahun ajaran
sekolah adalah penting untuk menetapkan prinsip-prinsip manjemen kelas.
Sifat
kelas yang besar dan kompleks bisa menimbulkan masalah apabila kelas tidak
dikelola secara efektif. Masalah seperti ini merupakan persoalan umum yang
utama tentang sekolah. Kurangnya kedisiplinan dianggap sebagai masalah yang
paling penting kedua, setelah kurangnya dukungan financial (Gallup Poll, 2004).
2.3
Strategi dan Tujuan Manajemen
Manajemen kelas yang efektif
bertujuan untuk:
Ø Membantu siswa
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit untuk perilaku
yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas
yang baik akan membantu memaksimalkan waktu pembelajaran guru dan waktu belajar
siswa.
Ø Mencegah siswa
mengembangkan masalah. Sebuah kelas yang
dikelola dengan baik tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran, tetapi
juga membantu mencegah berkembangnya masalah akademis dan emosional. Kelas yang
dikelola dengan baik membuat siswa-siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif
dan menantang, melakukan aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan
termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus
diterima oleh siswa.
2.4
Gaya Penyusunan Ruang Kelas
Ø Gaya
Auditorium (auditorium style), semua siswa duduk menghadap guru. Susunan ini
mencegah kontak siswa secara berhadap hadapan dan guru bebas untuk bergerak
kemana pun didalam ruangan.
Ø Gaya
berhadap-hadapan (face-to-face style), siswa duduk menghadap satu sama lain.
Gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi daripada dalam gaya auditorium.
Gaya off-set (off-set
style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat) duduk di meja,
tetapi tidak duduk berseberangan secara langsung dari satu sama lain. Gaya ini
menghasilkan lebih sedikit Ø gangguan
daripada gaya berhadap-hadapan dan bisa efektif untuk aktivitas belajar yang
kooperatif.
Ø Gaya
seminar (seminar style), siswa dalam jumlah besar (sepuluh atau lebih) duduk
dalam susunan sirkuler, empat persegi, atau bentuk U.
Ø Gaya
kelompok (cluster style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya empat sampai
delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan.
2.5 Menjadi seorang komunikator
yang baik
2.5.1 Komunikasi Verbal
Ketika berbicara di dalam kelas dan dengan siswa,,
salah satu hal terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan jelas
mengomunikasiskan informasi. Kejelasan berbicara sangatlah penting dalam
pengajaran yang baik. Para ahli komunikasi merekomendasikan untuk mengganti
pesan “Anda” dengan pesan “Saya” karena membantu untuk mengalihkan percakapan
kea rah yang lebih konstruktif dengan mengungkapkan perasaan tanpa menilai
orang lain. Kemudian aspek lain dalam komunikasi verbal melibatkan bagaimana
orang-orang menghadapi konflik.
2.5.2 Komunikasi Nonverbal
Selain dengan berbicara, guru juga
dapat berkomuniasi melalui bagaimana dia melipat tangan, melemparkan pandangan,
menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.
2.6 Menangani Perilaku Bermasalah
Intervensi bisa dikarakteristisasikan
sebagai minor atau moderat. Intervensi minor melibatkan penggunaan petunjuk
nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan, mendekati siswa, mengalihkan
perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan, secara langsung dan tegas
memberitahu siswa tersebut untuk menghentikan perilaku tersebut, serta memberi
siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat melibatkan tidak memberikan hak
istimewa atau aktivitas yang diinginkan, mengasingkan atau memindahkan siswa,
serta memberikan hukuman.
Kekerasan adalah persoalan utama yang
semakin meningkat di sekolah. Bersiaplah untuk tindakan agresif dari pihak
siswa sehingga guru bisa dengan tenang menghadapinya. Berusahalah untuk
emnghindari argument atau konfrontasi emosional.
1. Rundown Kegiatan Observasi (Jum’at, 31 Maret 2107)
·
07.45 s/d 08.00:
Berdiskusi dengan dewan pengajar sebelum melakukan observasi.
·
08.00 s/d 08.15: Dewan
pengajar membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa mandarin.
·
08.15 s/d 08.30: Dewan
pengajar memeberikan latihan pada siswa
·
08.30 s/d 09.15: Dewan
pengajar membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa indonesia.
·
09.15 s/d 09.30:
Istirahat.
·
09.30 s/d 10.00: Tim
observasi memberikan games kepada siswa.
·
10.30 s/d 11.00: Tim
observasi memberikan beberapa pertanyaan pada siswa.
·
11.00 : Selesai
2.
Sistematika Observasi
·
Kelompok tiba di TK Sutomo 2 pada pukul 07.40 dan langsung menuju ruang kepala sekolah untuk melakukan diskusi dan
meminta izin pemakaian kelas dengan tujuan untuk dapat melakukan sebuah
observasi sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar di sekolah.
·
Pukul 08.00 anak-anak sudah duduk rapi didalam kelas dan siap untuk
belajar. Kelas dipimpin oleh dua dewan pengajar,
salah seorang dewan pengajar membuka kelas dengan bernyanyi menggunakan bahasa
mandari yang sepertinya sudah sangat dihafal oleh para siswa, karena mereka
dapat mengikuti nyanyian dewan pengajar tersebut dengan baik.
Dewan pengajar tersebut kemudian mengeluarkan buku panduan yang dimiliki semua siswa, lalu membimbing para siswa untuk mengeja menggunakan bahasa mandarin dengan alat bantu gambar yang sudah tersedia di buku panduan tersebut. Setelah itu dewan pengajar menjelaskan maksud gembar tersebut dengan metode cerita, adapun topik yang dibahas di bukunpanduan tersebut mengenai petir.
Setelah itu dewan pengajar kembali mengajak siswa
untuk bernyanyi, tetap menggunakan bahasa mandarin, yang juga sudah dihafal
dengan baik oleh para siswa.
- · Pukul 08.15 para siswa diberi latihan menulis dengan tulisan sambung seperti yang dicontohkan oleh dewan pengajar dipapan tulis. Setelah itu dewan pengajar juga memberika latihan menghitung kepada para siswa.
- · Pukul 08.30 anak-anak sudah siap melakukan latihan yang diberikan oleh dewan pengajar. Kelas kemudian dipimpin oleh dewan pengajar untuk bernyanyi, namun kali ini menggunakan bahasa indonesia akan tetapi beberapa siswa masih kesusahan untu mengikuti dikarenakan beberapa dari mereka menggunakan bahasa mandarin sebagai bahasa dasar dilingkungan keluarga mereka, akan tetapi tidak ada kendala yang sangat berarti karena beberapa murid yang mampu mengikuti dengan baik tetap bersemangat bernyanyi sehingga menutupi kekuranagn dari teman-temannya yang tidak lancar.
Kelas ini sangant cocok dijadikan sebagai contoh
kelas multikultural, dikarenakan aanya perbedaan suku dan ras baik diantara
dewan pengajar dan siswa, akan tetapi kelas tetap berjalan dengan baik tanpa
membedan ras yang satu dengan ras yang lain, bahkan siswa mampu dalam
beradaptasi dengan kehadiran tim observasi sekalipun berasal dari ras ataupun
suku yang berbeda dengan siswa tersebut. Akan tetapi para siswa tetap mau
bermain bersama personel dari tim observasi.
Setelah bernyanyi dewan pengajar bantuan buku
panduan mengajak siswa untuk mengeja menggunakan bahasa indonesia, dengan tema
yang sama yaitu petir, dan dengan metode yang sama juga. Hal ini juga membantu
tim observasi yang tidak bisa berbahasa mandarin memahami apa yang diajarkan
dewan pengajar pada sesi pertama kepada siswanya. Dan hali ini sekaligus
membantu melatih para siswa yang masih belum terbiasa menggunakan bahasa
indonesia. Kemudian kelas kembali
dilanjutkan dengan bernyanyi yang dipandu oleh dewa pengajar, tetap menggunakan
bahasa indonesia.
·
Pukul 09.15 siswa
beristirahat dan memakan bekal-bekal yang telah dibawa mereka dari rumah. Beberapa
siswa ada yang disediakan oleh sekolah.
·
Pukul 09.30 siswa yang
sudah selesai makan sudah bersiap untuk melanjutkan pelajaran. Kali ini tim
observasi dipersilahkan oleh dewan pengajar untuk memimpin kelas, dan
kesempatan ini tim observasi gunakan untuk memeberikan games. Dimana sebelum
games dimulai tim observasi memnjanjikan hadiah bagi pemenang games.
Tujuan diadakan games
adalah, (1) untuk melihat jiwa kompetitif para siswa terkait dengan hadiah yang
diperebutkan, yang mana tim observasi mengiming-imingi siswa dengan coklat. (2)
untuk melihat jiwa kejujuran yang ada pada siswa, yang mana tim observasi
mempersilahkan siswa yang gagal untuk tidak mengikuti babak selanjutnya, tanpa
diperintahkan oleh tim observasi.
Games dimulai dengan
salah seorang tim dari tim observasi meminta siswa untuk berdiri dan kemudian
menjelaskan games yang akan dimainkan, yakni games ‘Topi Saya Bundar”. Games
dilakukan dengan menyanyikan lagu topi saya bundar dengan gerakan yang sudah
diperagakan oleh tim observasi, akan tetapi pada saat bernyanyi tim observasi
yang memimpin games akan memeperagakan gerakan yang salah. Apa bila ada siswa
yang melakukan gerakan yang salah maka tim observasi akan mempersilahkan yang
salah untuk duduk. Kemudian games dilanjtkan dengan siswa yang masih bertahan.
Beberapa siswa yang
gagal tidak mau untuk duduk dikarenakan dua hal (1) siswa tidak mengerti dengan
games yang dimainkan, yang diketahui dari raut wajah siswa yang kebingungan
selama mengikuti games. (2) siswa menginginkan hadiah tersebut, yang diketahui
dari aktifnya siswa mengikuti games akan tetapi ketika ia salah ia tak mau
untuk duduk. Games diakhiri dengan pemberian hadiah kepada beberpa siswa yang
mampu bertahan.
·
Pukul 10.30 tim
obervasi melanjutkan kesempatan yang diberikan oleh dewan pengajar dengan
memberikan quiz berupa teka-tekiguna melatih critical thinking mereka. Quiz
yang diberikan berkaitan dengan buah-buahan dan hewan, dimana tim observasi
yang memberikan quiz menjelaskan ciri-ciri dari buah atau hewan tersebut.
Kemudian meminta siswa yang mengetahui jawabannya untuk mengangkat tangan
sebelum menjawab. Siswa yang menjawab dengan benar kali ini diberi hadiah
permen.
Siswa yang dalam
kesempatan sebelumnya gagal mendapatkan coklat sangat antusias untuk menjawab
teka-teki yang diberikan oleh tim observasi, bahkan mereka yang berhasil pada
sesi games tak mau ketinggalan untuk menjawab pertanyaan. Sesi quiz pun
diakhiri begitu permen yang disediakan habis, dan setiap siswa mendapat
kesempatan untu menjawab.
· Pukul 11.00 kegiatan
observasi pun diakhiri dengan sesi foto bersama dengan siswa dan guru.
Dilanjutakan dengan perginya ke ruang kepala sekolah untuk dapat mengucapakan
kata terima kasih kepada kepala sekolah yang bersangkutan atas kerja samanya
sehingga proses observasi dapat belajalan dengan lancar.
Testimoni ketika
observasi:
Anthony: Gurunya ramah
sampai mengantar kami ke kelas yang diajari olehnya. Anak muridnya KAWAII
semua. Waktu ku membantu Fadhil dalam memberikan arahan kepada murid terhadap
gamesnya, kami mengalami kesulitan karena mereka kurang fasi
Flo:Gurunya membantu
kami berkomunikasi dengan anak anak dengan bahasa mandarin. Kami butuh belajar
bahasa mandarin ahahaha.
Syifa:Keaktifan anak-anak
yang bersemangat ingin mendapat coklat dan permen. Padahal sebelumnya ngak
bersemangat mereka. Tapi mereka tetep juga lucu.
Fadhil:Biarpun mereka
awalnya bingung mengikuti saya ketika bernyanyi dan mengikuti gerakan, tetapi
mereka cukup aktif. Pertama-tama waktu diarahkan mereka semua bengong.
Fajri Zahara: anak anak sangat
menyenangkan dan ramah pada kami, walaupun awalnya malu malu.
Farah: anak anaknya mau diajak
bekerja sama, terumata urusan foto. Mereka sangat ramah pada kami. Waktu
diteriaki “Ayok foto adik-adik” wuih… langsung semua ngumpul berderet hahaha.
Larasati: Wes keren lah anak-anak
sutomo ini, walau kurang bisa bahasa Indonesia cuman pemantapan bahasa inggris,
mandarin, dan cina mereka keren. Salut dah ama mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar